Menurut International Association for the Study of Pain (IASP),nyeri
adalah suatu pengalaman sensori, emosional serta kognitif yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan aktual maupun potensial yang dapat timbul tanpa adanya
injuri (Ardinata, 2007). Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya (Smeltzer & Bare, 2002).
Nyeri
post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan.
Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda beda.Lokasi
pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat
dirasakan oleh pasien. Nyeri pasca
operasi tidak hanya terjadi setelah operasi besar, tetapi juga setelah
operasi
kecil. Selain faktor fisiologis, nyeri juga dipengaruhi oleh rasa takut
atau
kecemasan mengenai operasi (dimensi afektif), yang dapat meningkatkan
persepsi
individu terhadap intensitas nyeri (dimensi sensorik). Meskipun semua
pasien
post operasi mengalami sensasi rasa nyeri, ada perbedaan dalam ekspresi
atau reaksi
nyeri (dimensi perilaku), latar belakang budaya (dimensi sosiokultural)
(Suza,
2007).
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari
upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk
menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat
atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada
dua individu yang mengalami nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan
yang identik pada seorang individu (Potter & Perry, 2006).
1.
Klasifikasi nyeri
Menurut
Asmadi (2008), nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkantempat, sifat, berat
ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri
berdasarkan tempatnya:
1) Pheriperal
pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
2) Deep pain,
yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada
organ-organ tubuh visceral.
3) Refered
pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah
asal nyeri.
4) Central
pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat,
spinal cord, batang otak, talamus.
b.
Nyeri
berdasarkan sifatnya :
1) Incidental
pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady
pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama.
3) Paroxymal
pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
c.
Nyeri
berdasarkan berat ringannya
1) Nyeri
ringan, yaitu nyeri dengan intensitas yang rendah
2) Nyeri
sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri
berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d.
Nyeri
berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri
akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang
dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
2) Nyeri
kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Pola nyeri ada yang
nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu nyeri
timbul kembali. Adapula pola nyeri kronis yang terus-menerus terasa makin lama
semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya,
pada nyeri karena neoplasma.
Strategi
penatalaksanaan nyeri mencakup baik secara farmakologis maupun secara
nonfarmakologis.
a.
Penatalaksanaan
nyeri secara farmakologis.
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis yaitu kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik dan anestesi. Analgesik merupakan metode yang umum
untuk mengatasi nyeri. Anestesi lokal dan regional, anestesi lokal adalah suatu
keadaan hilangnya sensasi pada lokalisasi bagian tubuh. Analgesia Epidural
adalah suatu anestesia lokal dan terapi yang efektif untuk menangani nyeri
pascaoperasi akut, nyeri persalian dan melahirkan, dan nyeri kronik, khususnya
yang berhubungan dengan kanker (Potter & Perry, 2006).
b.
Penatalaksanaan
nyeri secara nonfarmakologis
Metode pereda nyeri nonfarmakologi biasanya mempunyai resiko yang sangat
rendah. Metode ini diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit (Smeltzer & Bare, 2002).
Penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri terdiri
dari beberapa teknik diantaranya adalah:
1)
Distraksi
Distraksi
adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan dengan demikian
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri (Potter & Perry, 2006).
2)
Relaksasi
Teknik
relaksasi adalah tindakan relaksasi otot rangka yang dipercaya dapat menurunkan
nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri (Tamsuri,
2007).
3)
Imajinasi
terbimbing
Imajinasi
terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer &
Bare, 2002)
4)
Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis (Smeltzer & Bare, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar